Halaman

Selasa, 24 Mei 2011

Membangun Posdaya Masjid
Oleh Haryono Suyono


Senin, 23 Mei 2011
Sebagai Ketua Yayasan Damandiri, minggu lalu, saya diundang oleh Menteri Agama Suryadharma Ali untuk menyajikan kiat-kiat pembangunan dan pengisian pos pemberdayaan keluarga (posdaya) berbasis masjid. Penyajian atau pemaparan itu dilakukan pada kesempatan rapat pimpinan (rapim) Kementerian Agama (Kemenag) RI di Jakarta. Hadir pada kesempatan itu, seluruh jajaran pimpinan Eselon I dan II Kemenag, para kepala dinas (kadin) dari seluruh Indonesia, para rektor Universitas Islam Negeri (UIN) dan jajaran pimpinan lembaga pendidikan agama yang bernaung di bawah Kemenag.
Dalam paparannya tentang peran masjid, khususnya peran alim ulama dalam pengembangan keluarga sejahtera, saya secara khusus mengucapkan terima kasih sekali atas dukungan mereka sehingga program keluarga berencana (KB) sukses di Indonesia. Dukungan itu diberikan, khususnya saat saya menjabat sebagai kepada atau menyeri kependudukan di masa Orde Baru. Pada waktu itu, jajaran Kemenag serta para alim ulama dari seluruh pelosok Tanah Air ikut aktif dalam gerakan tersebut.
Berkat dukungan mereka, gerakan KB sangat sukses sehingga banyak sekali ulama dari negara lain belajar kepada ulama di Indonesia. Pengalaman sukses tersebut telah dicoba ulang bersama beberapa lembaga untuk menyukseskan upaya pengentasan kemiskinan dan pelaksanaan program serta kegiatan menuntaskan sasaran dan target-target Millennium Development Goals (MDGs) di Indonesia.
Upaya itu dilakukan di 50 masjid yang dikembangkan menjadi pusat posdaya dan dikelola oleh Yayasan Tatang Nana dan LKM NU. Kegiatan tersebut ternyata membuahkan hasil yang luar biasa. Sebagian besar di antara mereka memiliki posdaya mandiri dan bergerak membantu keluarga miskin di sekitar masjid.
Posdaya berbasis masjid bergerak dalam bidang kesehatan melalui posyandu yang dibentuk di sekitar masjid. Tidak jarang, posyandunya memanfaatkan halaman masjid untuk kegiatan penimbangan balita dan pelayanan KB secara mandiri. Posdaya juga mempergunakan halaman dan fasilitas masjid untuk menggelar pendidikan anak usia dini (PAUD) sekaligus mengajarkan pemahaman Al-Quran dan kewajiban keagamaan lain secara rutin. Mereka mengadakan pelatihan keterampilan serta membantu anggota posdaya untuk melakukan usaha ekonomi secara gotong royong.
Dalam paparan di hadapan rapim yang juga dihadiri lengkap oleh para dirjen serta Rektor UIN/IAIN dan jajarannya, sebagian besar di antara mereka sepakat akan mengadakan kuliah kerja nyata (KKN) pengembangan posdaya berbasis masjid. Mereka, antara lain UIN Maulana Malik Ibrahim di Malang dan UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta.
Haryono menjelaskan bahwa pelajaran agama yang diperoleh para jamaah masjid langsung dipraktikkan oleh pengurus posdaya hingga menjadi kegiatan sehari-hari dengan percontohan di sekitar masjid. Di Masjid Al Amin di Pacitan, Jatim, misalnya, pengurus posdaya mendirikan tempat untuk kegiatan PAUD di belakang bangunan masjid. Orangtua yang mengantar anak balita mereka ke sekolah PAUD memperoleh kesempatan untuk memperdalam pengetahuan agama di ruangan lain di lingkungan masjid tersebut. Sambil menunggu anak masing-masing, mereka selain mendapatkan pengajaran tetang pendalaman agama, juga belajar ketrampilan seperti menanam tanaman yang berguna untuk gizi anak-anak. Mereka pun diajarkan memelihara ternak dan mengolah kolam untuk ditebarkan bibit ikan dan lele.
Melalui pembinaan keluarga secara gotong royong bersama keluarga yang lebih mampu, keluarga muda yang kurang terampil bisa belajar ketrampilan menjahit dan membuat produksi makanan kecil yang mudah dijual di warung-warung di kampung. Mereka juga belajar mengubah jajanan makanan kecil yang biasanya harus habis dimakan satu hari menjadi jajanan yang tahan lama dan bisa dipasarkan ke wilayah yang lebih luas. Sungguh menakjubkan, percontohan yang dilakukan di posdaya masjid yang kini terus dikembangkan, dan ditiru di dukuh lain di luar masjid.
Pengalaman para ulama saat menjelaskan program KB di masa lalu, contoh kegiatan ketrampilan, pendidikan dan usaha ekonomi mikro yang dilakukan di masjid-masjid ternyata menular ke desa dan perkampungan lain. Secara spontan keluarga di kampung yang tidak dekat dengan masjid dan merasa sanggup meniru kegiatan di masjid-masjid yang menjadi pusat pengembangan posdaya, mencontoh dan mendirikan posdaya berbasis kekompakkan persatuan dan kesatuan di antara sesama keluarga bertetangga. Posdaya masjid menjadi panutan gerakan pemberdayaan keluarga dan pengentasan kemiskinan.
Disampaikan juga kepada para peserta rapim bahwa pengembangan posdaya berbasis masjid sebenarnya merupakan perwujudan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 yang menggariskan pembangunan berkeadilan. Pembangunan macam ini intinya merupakan pembangunan pro rakyat dengan program utama pengentasan kemiskinan berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan ekonomi mikro dan kecil (UMK). Begitu juga pembangunan berkeadilan dengan prioritas pada anak, perempuan serta keluarga miskin akan diukur keberhasilannya melalui suksesnya pelaksanaan MDG's.
Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa program posdaya didukung dengan pengembangan KKN yematik posdaya oleh banyak sekali perguruan tinggi. Antara lain, UIN Maulana Malik Ibrahim di Malang dan UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta. Setelah pemaparan usai secara spontan beberapa UIN dan IAIN ingin bergabung dan menyatakan kesiapannya untuk ikut terjun dalam KKN tematik posdaya berbasis masjid atau di pusat-pusat permukiman penduduk yang beragama Islam.
Semoga gerakan ini mendapat rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan semoga program ini menjadi sarana pembangunan untuk menggapai keluarga sejahtera. Atau, sebagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran bagi terwujudnya keluarga-keluarga sejahtera dalam lungkup luas dan secara lebih cepat. ***
Penulis adalah Ketua Umum DNIKS