Jalur
sutra laut yang digariskan pada peta perjalanan akbarnya menempatkan
Palembang pada posisi yang mau tak mau harus dilalui, bahkan
dikunjungi. Kedatangannya ke Palembang bukan sebuah kebetulan.
Dahulu, Palembang diperkirakan sebagai basis dari pemerintahan
Kerajaan Sriwijaya yang masih memiliki keterkaitan kekuasaan dari
Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Sebelum mendatangi Palembang, Cheng
Ho, seorang admiral yang diutus oleh Kaisar Ming III, Cheng Cu yang
bergelar Yung Lo dan beragama Islam, mengadakan misi silaturahmi dan
kenegaraan dengan Majapahit. Tak heran, kedatangannya disambut
gembira dan mendapatkan penerimaan yang kondusif bagi penyebaran
agama Islam oleh Tionghoa di Indonesia. Berdirilah musala-musala yang
hingga kini sudah lebih banyak dijadikan masjid besar dan tak ayal
lagi nama Cheng Ho disematkan sebagai pengingat bahwa jasanya bagi
Islam di Nusantara tertoreh selamanya.
Jalur
sutra tak hanya dibina di daratan. Lautan adalah jalur yang
dimanfaatkan oleh mereka yang berjiwa besar berpredikat pelayar.
Setelah Kaisar Ming II memberikan jabatannya pada Cheng Cu dan
memilih menjadi seorang sufi di tanah Mekah, negeri China yang pernah
dikuasai oleh pemerintahan kaisar Islam, membukakan misi
silaturahminya ke seluruh negeri, terutama Timur Tengah. Bagi Cheng
Ho, dan bangsa China umumnya, membina sesuatu tak pernah berpatok di
pertengahan. Selalunya mereka membuat hal besar dan lebih besar dari
yang pernah ada. Dikatakan dari berbagai referensi, bahwa kapal
Christopher Columbus pun harus mengakui kesederhanaan ukurannya
dibandingkan dengan perahu raksasa yang digunakan Laksamana Cheng Ho.
Tersebutlah sebuah gerombolan perompak berkebangsaan China yang
menguasai Palembang dan meresahkan para pedagang. Hal ini dideteksi
Majapahit dan juga Sriwijaya.Tahun 1403 atau ada yang menyebutnya
1407, Cheng Ho datang ke Sriwijaya, menumpas Chen Tsu Ji, kepala
perompak asal Kanton yang dahulunya pun seorang admiral yang lari
dari China saat kekaisaran Ming berdiri. Chen TsuJi menyebut daerah
di sekitar Palembang tempat ia berkuasa sebagai Po Lin Fong, atau
Pelabuhan Tua. Begitu dekat pelafalan ‘Po Lin Fong’ dengan
‘Pa-Lem-Bang’. Itukah asalnya? Atau Chen TsuJi hanya meneruskan
nama yang sudah ada sebelumnya, tak pernah benar-benar dapat
dipastikan.
Masjid
Cheng Ho yang ada di Palembang saat ini memang tak berdiri sejak 600
tahun silam. Karena usulan dari masyarakat Tionghoa di Palembang,
kemudian didukung oleh para sesepuh Tionghoa dan juga para ulama,
terutama Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sumatera Selatan,
maka pembinaan masjid yang bernama lengkap “Masjid Al Islam
Muhammad Cheng Ho Sriwijaya Palembang” dilakukan September 2005
saat diletakkan batu pertama. Untuk pertama kalinya, salat Jumat
secara umum dilakukan tanggal 22 Agustus 2008.
Berdiri
di atas lahan seluas 5.000 meter persegi, masjid ini dapat menampung
jemaah sebanyak 600 orang, walau kenyataannya sekitar 1.500 orang pun
dapat diakomodir kompleks ini. Dengan gaya arsitektur gabungan antara
unsur lokal Palembang, China, dan Arab, masjid ini sudah banyak
dikunjungi oleh peziarah dari Malaysia, China, Singapura, Taiwan, dan
Rusia. Selain sebagai masjid, bangunan ini kerap kali digunakan untuk
menggelar kegiatan kemasyarakatan. Jiwa dan semangat ‘Sang
laksamana besar’ masih ada, dimana misi Cheng Ho dahulu kala pun
untuk menciptakan perdamaian dunia, menyebarkan risalah Islam dan
juga memperkenalkan Dinasti Ming sebagai pengikut utusan surga. Letak
masjid ini tepatnya di Perumahan Amin Mulia, Jakabaring, 3 kilometer
dari Kota Palembang dan tak mungkin terlewatkan karena warna merah
mendominasi seluruh bangunan juga tambahan warna hijau giok khas
China. Perpustakaan, ruang sidang, rumah imam masjid, dan sebuah
kantor administrasi sudah berdiri sebagai bagian dari kompleks masjid
yang banyak mengundang peziarah yang ingin mengenal sejarah Islam di
Indonesia, lewat salah satu masjid Cheng Ho dari tiga masjid yang
mana kedua lainnya ada di Surabaya dan Pasuruan. Masjid ini memiliki
kaitan sejarah mancanegara, sehingga mempelajarinya menjadi penting.
Datang dan kunjungi Masjid Cheng Ho, di Kota Palembang!
Sumber :
http://indonesia.travel/id/destination/374/palembang-di-sungai-musi/article/91/masjid-cheng-ho-palembang-jejak-silaturahmi-armada-china